Rabu, 08 Juni 2011

Profil Saykoji


Ignatius Rosoinaya Penyami (disingkat Igor) atau lebih terkenal dengan nama Saykoji (lahir di Balikpapan, Kalimantan Timur, 8 Juni 1983; umur 27 tahun) adalah seorang rapper Indonesia

Lewat lagu "So What Gitu Loh" di album pertama nama Saykoji mulai dikenal publik pada tahun 2006. Saat itu, Saykoji merupakan salah satu penyanyi rap yang cukup diperhitungkan setelah era Iwa K meredup. Setelah cukup sukses dengan album pertama, Saykoji pun merilis album kedua dengan singel "Jomblo" yang juga populer di kalangan generasi muda, Setelah itu Saykoji pun ikut dalam kompilasi album yang dirilis EMI dan mengeluarkan singel "Kecoa ngesot".

Saykoji hanya terdiri satu penyanyi, yakni Ignatius Rosoinaya Penyami, atau lebih sering dipanggil Igor. Sebelumnya, Igor tidak terlalu menyukai musik rap, karena musik rap tidak jelas dalam melantunkan syair. Namun saat mendengarkan musisi rap Indonesia, Black Skin, Iwa K, dan Neo akhirnya ia mulai menyukai musik rap dan mempelajarinya lebih lanjut. Ia memilih nama Saykoji sebagai nama panggungnya. Hal ini berdasarkan pengalamannya sewaktu masih bersekolah. Pada saat itu, ia dikenal sebagai siswa yang penyendiri, sehingga pernah disebut sebagai pschyo. Dari julukan inilah, nama Saykoji (ejaan Inggris-Indonesia untuk Psycho G) muncul[1].

Dalam formasi panggung, Saykoji biasanya terdiri dari Guntur Simbolon dan Della MC dari Batik Tribe. Igor pun memiliki satu group rohani yang bernama Disciples bersama tiga sahabat lainnya yaitu JFlow, Guntur Simbolon, Rendy Rainhard.

Pada pertengahan 2009, Saykoji kembali meluncurkan single baru berjudul Online. Meski baru berupa single, namun lagu ini sudah mampu terkenal dengan cepat, bahkan dijadikan lagu tema sebuah produk telepon selular, sehingga lagu ini semakin populer. Saykoji juga mengeluarkan single kontroversial berjudul Copy My Style, yang menceritakan pemalsuan hak cipta lagu Saykoji Tahukah Kau.

Kini Saykoji tengah merampungkan album ketiganya dengan single Narsis pada tahun 2010.

Minggu, 05 Juni 2011

Pengolahan Teh Hitam dan Kopi



Pengolahan Teh
Pengolahan teh adalah metode yang diterapkan pada pucuk daun teh (Camellia sinensis) yang melibatkan beberapa tahapan, termasuk di antaranya pengeringan hingga penyeduhan teh. Jenis-jenis teh dibedakan oleh pengolahan yang dilalui. Di dalam bentuknya yang paling umum, pengolahan teh melibatkan oksidasi terhadap pucuk daun, penghentian oksidasi, pembentukan teh dan pengeringan. Dari tahapan ini, derajat oksidasi memainkan peran penting untuk menentukan rasa teh, dengan perawatan dan pemotongan pucuk daun memengaruhi citarasa juga turut berperan meski cukup kecil.
Sistem pengolahan teh hitam di Indonesia dikenal dengan dua cara, yaitu sistem ortodoks (murni dan rotorvane) yang sering digunakan dan sistem CTC (Chaine Tea Center) yang relatif baru.
Yang di lakukan Proses pembuatan teh yaitu :


Pemetikan daun teh
Proses pemetikan dilakukan pada pukul 07:00 karena menghindari terjadinya respirasi yang bisa menyebabkan daun teh menjadi merah.
Rumusan pemetikan teh dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu:
Petikan halus dengan rumus p+1 atau b+1 m.
Artinya pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko (p) dengan satu daun, atau pucuk burung (b) dengan satu daun muda (m).
Petikan medium, dengan rumus p+2, p+3, b+1 m, b+2 m, b+3 m.
Rumus ini menandakan bahwa pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan dua daun, 3 daun muda, serta pucuk burung dengan satu, dua, atau tiga daun muda.

Petikan kasar, dengan rumus p+4 atau lebih dan b+(1-4).
ini berarti pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan empat daun atau lebih dan pucuk burung dengan beberapa daun tua.
Untuk menghasilkan teh berkualitas, rumus pemetikan yang digunakan adalah petikan halus p+1 atau b+1 m. Memang tidak mudah menerapkan rumus tersebut, tapi untuk menghasilkan teh yang terbaik hal tersebut haruslah dilakukan.
Pelayuan
Pada saat teh di masukan di pabrik the di hamparkan pada bak pelayuan dengan tempat yang berkapas 30 kg/m^2,kemudian di layukan dengan udara hangat 27° dan setiap 4 jam teh di balik agar proses pelayuan merata ,lama pelayuan ini selama 16 jam dengan tujuan untuk mengurangi kadar air di dalam teh 50% kadar air,selain untuk mengurangi kadar air proses ini juga befungsi untuk membuat aroma-aroma yang tidak sedap.

Penggilingan
Setelah teh layu ,teh di masukkan ke tempat tempat penggilingan,sebelum di pengilling teh di gulung terlebih dahulu di mesin open top roller selama 50 menit, kemudian di saring yang lolos pada 6-7 hz dimasukkan ke ruang fermentasi.,selain di gulung teh di press agar selnya pecah di sini warnanya akan berubah menjadi warna coklat. Suhu pada tempat penggilingan max 22°c dan kelembaban 90%.

Fermentasi (Oksidasi enzimatis)
Oksidasi enzimatis dipengaruhi oleh kadar air dalam bahan (hasil sortasi basah), suhu dan kelembaban relatif, kadar enzim, jenis bahan, dan ketersediaan oksigen. Kondisi ini harus tetap dijaga mengingat teh merupakan tanaman hidroskopis. Selain itu ruangan harus tetap steril. Lama pada proses oksidasi enzimatis adalah 20-30 menit.

Stasiun Pengeringan
Mesin yang biasa digunakan di PTPN VII adalah Fluid Bed Dryer (FDB).
Selama proses ini diperlukan waktu selama antara 17 - 22 menit. Selama waktu itu teh sudah kering. Dan setelah itu, teh dipanggang di atas oven supaya benar-benar kering dengan suhu antara 20˚ - 25˚C. Karena membutuhkan kadar air yang maksimum 2-3% agar memperoleh hasil yang mutunya bagus.

Sortasi
Dalam proses sortasi ini di bedakan menjadi 16 jenis dengan cara berdasarkan ukuran partikel, berat jenis, warna, kerataan partikel.
Analisa warna di uji melalui warna teh yang sudah diseduh apakah jernih atau tidak. Rasanya enak atau tidak, ini akan dirasakan oleh seorang tester yang sudah berpengalaman. Aromanya wangi atau tidak dan air seduhan dilihat jernih atau tidak, serta dilihat dari ampas teh tersebut.
Grade - grade mutu teh yang dihasilkan dari proses sortasi antara lain:
BOP (Broken Orange Pecko)
BOPF (Broken Orange Pecko Fenisis)
PF (Pecko Fennis)
Dust
BD (Broken Dust)
BT (Broken Tea)

`Pengemasan
Teh merupakan tanaman yang hidroskopis yang peka terhadap udara luar, faktor yang mempengaruhinya adalah:
RH (Relatif Humidity), yaitu antara 5% - 95%.
Temperatur dan suhu.
Waktu.

Pengemasan di lakukan berdasarkan jenisnya rata packing yaitu 25 kg,setelah di kemas teh di simpan di gudang dan siap ekspor.




Pengolahan Kopi
Buah kopi dipetik dari batangnya setelah tanaman berumur kurang lebih 3 tahun, lalu dijemur hingga kering. Pengeringan dapat dilakukan melalui panas matahari, dan mesin pengering. Bagi pengering kopi berkapasitas kecil sebaiknya pengeringan dilakukan dengan penjemuran di atas tikar atau terpal plastik. Lama penjemuran memakan waktu 2 - 3 minggu.
Pada proses pengolahan biji kopi menjadi kopi bubuk dilakukan langkah - langkah sebagai berikut:
Sortasi
Tahap sortasi bertujuan untuk memisahkan kopi merah yang telah matang dengan kopi yang hampa dan yang terserang hama maupun penyakit. Sortasi yang dilakukan merupakan sortasi basah berdasarkan beda berat jenis. Biji kopi yang dipakai merupakan biji kopi yang memiliki berat jenis yang baik yang ditunjukkan dengan tenggelamnya biji kopi di dalam air pada bak sortasi.
Pengupasan Kulit
Tahap ini bertujuan untuk melepaskan kulit dan daging buah dari kulit tanduk dan biji kopi.

Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air pada kopi, kadar air optimal antara 10-13%.
Pemecahan Kulit Tanduk
ini bertujuan untuk memisahkan biji kopi kering dari kulit tanduk dan kulitnya.
Penyaringan
Penyaringan dilakukan untuk menghasilkan warna dan aroma yang diinginkan dari biji kopi. Dalam tahap penyaringan terjadi reaksi karamelisasi dan pengembangan biji kopi dan terjadi penguapan senyawa - senyawa pembentuk aroma yang mudah menguap, terjadinya denaturasi protein sehingga membentuk asam - asam amino pembentuk aroma.
Penggilingan
Tahap ini dilakukan untuk mendapatkan bentuk bubuk dari biji kopi. Setelah itu dilakukan proses pengemasan. Kualitas suatu kopi juga tergantung terhadap kadar air kopi tersebut. Karena akan mempengaruhi pada proses penggilingan.

Makan Tanah Baik Untuk Kesehatan Perut

Bagi kebanyakan orang di dunia, makan lumpur adalah hal yang menjijikkan. Namun, kita sering menemukan, anak-anak sering tidak sengaja memakan lumpur saat bermain.

Tapi tahukah Anda, ternyata lumpur sangat baik bagi perut. Menurut hasil penelitian, manusia geophagy memakan lumpur rupanya untuk melindungi lambung karena dapat melindungi terhadap racun, parasit dan pathogens.
Menurut Sera Young, peneliti dari Cornell University dan yang menjadi penulis utama dalam penelitian ini mengungkapkan, manusia geophagy berasal dari Hippocrates yang sudah ada sejak 2000 tahun lalu. Sejak saat itulah terus dilaporkan di setiap tempat adanya orang yang memakan tanah.

Namun, para ilmuwan sampai sekarang tidak bisa menjelaskan mengapa orang suka memakan tanah. Beberapa peneliti berpikir, geophagy adalah konsekuensi dari kekurangan makanan. Dengan kata lain, orang memakan tanah untuk mengurangi rasa sakit akibat kelaparan, meskipun tidak memberikan nilai gizi.

Penjelasan lain karena mengkonsumsi tanah dinilai mengandung gizi karena nutrisi mereka berkurang seperti; kalsium, dan zat besi. Di sisi lain, tanah dinilai mempunyai zat yang efektif dapat menjadi bakteri baik melindungi dari racun dan bakteri buruk.

Sebuah studi mengindikasikan, pada umumnya orang-orang makan tanah pada saat persediaan makanan menipis. Ketika mereka makan tanah, mereka hanya makan dalam jumlah sedikit. Geophagy digambarkan secara umum pada perempuan di awal kehamilan dan balita

Menurut hipotesis yang ditemukan, bahwa nutrisi yang ditemukan sangat sedikit yang sesuai. Lebih dari itu, hipotesis disesuaikan dengan data yang ada sesuai dengan penemuan dalam penelitian.

Kategori kedua, menurut Young, yang sensitif terhadap racun parasit tergantung pada dirinya sendiri dan keturunan keluarga. Selain itu, geophagy yang paling umum berada di daerah beriklim tropis di mana mikroba bawaan makanan yang berlimpah.

Dokter Termurah di Dunia


Usianya sudah lanjut, yakni 67 tahun. Namun semangatnya untuk mengabdi ke masyarakat tak pernah surut. Dialah Dokter FX Sudanto. Dan bagi warga Abepura, Papua, dia biasa disebut dengan julukan 'Dokter Rp 2000'.
Lebih dari 30 tahun Sudanto mengabdikan hidupnya sebagai dokter di Abepura. Untuk berobat kepadanya, warga tak perlu mengeluarkan banyak duit. Cukup Rp 2000. Bahkan kalau memang tidak punya uang sama sekali, gratis pun jadi. Karena itulah Sudanto terkenal dengan panggilan 'Dokter Rp 2000'.
Sudanto memang sudah pensiun sejak tahun 2003. Meski demikian, dia tetap membuka praktek di rumahnya di distrik Abepura. Dia merasa, tenaganya masih dibutuhkan warga.
"Kalau dibilang capek, ya capek. Tapi ini pengabdian dan masyarakat di sana masih membutuhkan," kata Sudanto usai menerima penghargaan Alumni Award atau penghargaan bagi insan UGM berprestasi di Gedung Graha Sabha Pramana (GSP) Universitas Gadjah Mada (UGM) di Bulaksumur, Yogyakarta.
Menurut Sudanto, setiap harinya warga yang datang berobat sekitar 100. Jumlah itu bisa bertambah menjadi dua kali lipat bila sehabis liburan. "Jam praktek biasanya mulai jam 7 pagi hingga sore. Tapi kalau masih banyak bisa sampai malam," ujar Sudanto.
Sudanto mengabdikan diri di Papua begitu lulus dari Fakultas Kedokteran Umum (FKU) UGM tahun 1976. Saat itu, FKU UGM masih di kompleks Ngasem, Kraton bukan di Bulaksumur seperti sekarang ini.
Setelah lulus, Sudanto mendaftarkan diri ikut program Dokter Inpres. Dia kemudian ditempatkan di wilayah Asmat Irian Jaya (Papua). Selama 6 tahun hingga 1982 dia bertugas di Asmat dengan melayani 4 kecamatan terpencil.
Wilayah tugasnya benar-benar di pedalaman. Setiap hari Sudanto harus berjalan kaki keluar masuk hutan dan rawa untuk menjangkau satu desa ke desa lainnya. Pasiennya banyak yang tak mampu membayar jasanya dengan uang. Mereka hanya membayar dengan sagu, rempah-rempah atau kayu bakar dari hutan.
"Pasien paling banyak menderita malaria akut, infeksi saluran pernafasan, serta kurang gizi," kata pria kelahiran Karanganyar, Kebumen, Jawa tengah, 5 Desember 1942 itu.
Sudanto menjadi dokter Inpres sampai tahun 1982. Selanjutnya dia bertugas di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Abepura hingga pensiun pada tahun 2003.
Setelah pensiun, ayah lima anak ini membuka praktek pengobatan di rumahnya di Abepura. Dia juga mengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura hingga sekarang. Termasuk juga mengajar di program studi Pendidikan Jasmi dan Kesehatan (Penjaskes) FKIP Uncen serta beberapa perguruan tinggi swasta di Jayapura.

Sudanto praktik mulai pukul 07.00 WIT hingga 12.00 WIT. Pasien hanya membayar biaya periksa. Sedang obat-obatan, alat suntik dibeli pasien di apotek yang terletak didekat tempat prakteknya.
"Hanya memeriksa kondisi pasien saja. Banyak pasien yang merasa sudah sembuh setelah diperiksa. Semua obat yang ada adalah obat generik," pungkas suami dari Elisabeth S, perempuan keturunan Ambon-Manado.
Penghargaan terhadap Sudanto diberikan dalam rangka Dies Natalis ke-60 UGM. Dalam kesempatan itu, UGM memberikan penghargaan terhadap 90 orang berprestasi. 5 Di antaranya adalah pengabdi di daerah miskin dan terpencil.